Oleh: Dodi Kurniawan/Ketua Cabang Wanasigra
Apa sih urgensi keberadaan Ahmadiyah dalam dunia Islam? Bukankah Ahmadiyah malah hanya menambah banyaknya golongan dalam Islam saja? Mari kita bincang kedua pertanyaan ini!
Ahmadiyah adalah satu dari sekian banyak golongan atau organisasi dalam Islam. Ahmadiyah sendiri mengidentifikasi diri dengan sebutan Jamaah Muslim Ahmadiyah. Adapun perbedaan utama antara Ahmadiyah dengan golongan Islam pada umumnya adalah adanya keyakinan bahwa Imam Mahdi yang dijanjikan kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw telah datang. Sosok Imam Mahdi yang dijanjikan tersebut mewujud dalam pribadi pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah, yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Inilah inti pembeda Ahmadiyah dari muslim lainnya.
Ahmadiyah juga berkontribusi besar dalam mengarusutamakan jawaban atas pertanyaan eskatologis yang pelik, “Apakah Imam Mahdi dan Nabi Isa yang dijanjikan kedatangannya oleh Rasulullah saw adalah orang yang sama?” Jawaban Ahmadiyah adalah “Ya, sama” dengan salah satu rujukannya:
يُوشِكُ مَنْ عَاشَ مِنْكُمْ أَنْ يَلْقَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ إِمَامًا مَهْدِيًّا وَحَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرُ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ وَتَضَعُ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا
“Sudah dekat waktunya, barangsiapa di antaramu yang menjumpai Isa ibnu Maryam sebagai Imam Mahdi dan Hakim yang adil maka dia akan mematahkan salib dan membunuh babi serta meniadakan jizyah dan menghapus peperangan. (HR. Ahmad No. 8995)
Jadi, Imam Mahdi dan Isa ibnu Maryam adalah satu orang yang sama. Dalam riwayat lainnya, lebih tegas dinyatakan:
لا يَزْدَادُ الْأَمْرُ إِلا شِدَّةً، وَلَا الدُّنْيَا إِلا إِدْبَارًا ، وَلا النَّاسُ إِلا شُحَّا، وَلَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ النَّاسِ، وَلَا الْمَهْدِيُّ إِلَّا عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ
“Suatu urusan tidak akan bertambah melainkan akan semakin sulit, dunia semakin mundur, dan manusia semakin kikir, tidaklah kiamat terjadi kecuali kepada manusia yang paling buruk, dan tidak ada al-Mahdi kecuali Isa ibnu Maryam.” (Sunan Ibnu Majah (II/1340–1341) dan Mustadrak al-Hakim (IV/441–442))
Pengarusutamaan bahwa Imam Mahdi dan Isa Ibnu Maryam adalah satu orang yang sama memiliki implikasi yang besar dalam bangun akidah Islam, di antaranya adalah tentang Khatamun Nabiyyin dan sejumlah diskursus teologis lainnya. Bayangkan betapa sulitnya menalar bagaimana Nabi Isa Israili harus menjadi juru selamat bagi umat Islam. Betapa Nabi Isa Israili harus hidup di langit dan menunggu ribuan tahun hanya untuk kemudian turun ke Bumi lalu menjadi penanda Akhir Zaman. Tidakkah quwwah qudsiyyah Nabi Muhammad saw., sang Khatamun Nabiyyin mampu melahirkan juru selamat dari umat Islam sendiri? Menilik ini, sumbangan pemikiran Ahmadiyah tidak bisa dipandang sebelah mata.
Sebagai penguat atas betapa strategisnya pengarusutamaan pemahaman bahwa Imam Mahdi dan Isa Ibnu Maryam yang dijanjikan tersebut merupakan satu sosok yang sama, sebuah hadits dengan redaksi yang sedikit berbeda menyatakan adanya amanat dari Rasulullah saw untuk menyampaikan salam kepada Isa ibnu Maryam. Redaksinya seperti ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ أَنْ يَنْزِلَ حَكَماً قِسْطاً وَإِمَاماً عَدْلاً فَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَتَكُونَ الدَّعْوَةُ وَاحِدَةً. فَأَقْرِئُوهُ أَوْ أَقْرِئْهُ السَّلاَمَ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَأُحَدِّثُهُ فَيُصَدِّقُنِى فَلَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ أَقْرِئُوهُ مِنِّى السَّلاَمَ. [رواه أحمد].
“Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Hampir saja Isa putra Maryam turun sebagai seorang hakim dan imam yang adil, ia akan membunuh babi dan menghancurkan salib, dan hanya akan ada satu dakwah (Islam), maka hendaknya kalian sampaikan kepadanya, atau sampaikanlah salam dari Rasulullah saw. Aku menceritakannya dan ia membenarkanku, ketika datang masa ajalnya Abu Hurairah berkata: Sampaikanlah salam dariku kepadanya.” (H.R. Ahmad)
Tanpa pemahaman yang benar, sulit untuk menalar kecentangperenangan redaksi-redaksi profetik ini. Di sinilah letak peting peran Ahmadiyah. Dan untuk itu, mengapa para Ahmadi mencantumkan doa ’alaihis-salam (disingkat as.) di belakang nama Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Selain karena dalam Kemahdian dan Ke-‘Isa-an, memang ada kapasitas nubuwwah (kenabian ummati), penyertaan ‘alaihis-salam juga sebagai pemenuhan atas amanat Nabi Muhammad saw untuk menyampaikan salam kepada Sang Isa Ibnu Maryam alias Al-Mahdi. Terjawab sudah urgensi Ahmadiyah dalam dunia Islam.
Lalu, benarkah Ahmadiyah hanya menambah jumlah varian dalam khazanah pemikiran Islam? Mengapa tidak bergabung saja dengan golongan yang sudah ada?
Ahmadiyah tidak akan pernah ada bila umat Islam seperti pada masa keemasan spiritualnya. Namun, itu tidak ditakdirkan demikian. Nabi Muhammad saw sendiri menubuatkan takdir umat Islam yang terpaksa harus menjalani masa-masa kegelapannya selama lebih dari dari 1000 tahun, setelah 3 abad terbaik seperti diisyaratkan dalam kata-kata Khairul qurūni qarnī, tsummal-ladzīna yalūni, tsummal-ladzīna yalūnahum, yakni bahwa sebaik-baik masa adalah masa di mana aku hidup, kemudian masa orang-orang sesudahku, kemudian masa orang-orang yang hidup sesudah mereka. Di saat seperti itulah Al-Mahdi atau Al-Masih Ibnu Maryam diutus untuk mengembalikan iman yang telah terbang ke bintang Tsurayya. Dalam konteks ini, jamaah yang mengikuti Al-Mahdi (Al-Masih Ibnu Maryam yang dijanjikan oleh Rasulullah saw) logikanya merupakan jalan keislaman yang merefleksikan keislaman di masa keemasan spiritualnya yang pertama. Islam versi Al-Mahdi ini adalah kanal keislaman yang seharusnya ditempuh para pencari jalan sejati keislaman. Menganggap posisi sepenting ini sebagai hanya menambah varian jalan keislaman — selain jauh dari kebenaran — dengan mudah dikategorikan sangat tidak adil. Kembali, terjawab sudah posisi Ahmadiyah dalam dunia Islam.
Terakhir, bila ada pertanyaan mengapa Ahmadiyah — kalau memang murni gerakan spiritual dan tidak berhajat akan kekuasaan — tidak sekalian menjadi sebuah tarekat saja? Atau, kalau kiprahnya sebatas filantrofis humanitarian, mengapa tidak menjadi lembaga kemanusiaan saja? Maka, membaca ulang 13 paragraf di atas dirasa perlu untuk dilakukan. Terlalu cepat menilai cenderung selalu tidak baik dalam hal apapun.