بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِِ

Kunjungan kedua ke kabupaten teluk bintuni, papua barat

"Pada tahun 2016 lalu, sebenarnya untuk di Kaupaten Teluk Bintuni sudah pernah diusulkan akan ditempatkan seorang Mubalig, bahkan, SK-nya pun sudah turun bersamaan dengan SK Mutasi Mubaligin Jemaat Ahmadiyah Indonesia Nomor 005/SK/2016 Tanggal 13 Juni 2016. Ada 40 Mubaligin yang saat itu mendapat karunia mutasi di seluruh Indonesia."

Ditulis oleh :

Kabupaten Teluk Bintuni meru-pakan salah satu dari 13 Kabupaten dan Kota di Provinsi Papua Barat. Ka-bupaten ini adalah Kabupaten Terkaya menurut versi PDRB. Pendapatan per kapita penduduk mencapai Rp 457 juta dalam setahun. Nominalnya bah-kan mengalahkan semua kabupaten yang ada di Pulau Jawa.
Parameter kabupaten terkaya berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 itu diukur lewat indikator penda-patan per kapita, yang dihitung dari produk domestik regional bruto (PDRB) dibagi jumlah penduduk. Tetapi, Kabupaten Terkaya belum ten-tu mengindikasikan semua penduduk-nya juga kaya. Hanya segelintir saja yang benar-benar disebut kaya.
Selain itu, jumlah penduduk Kabupaten Teluk Bintuni juga ter-bilang cukup banyak. Bila rata-rata di suatu kabupaten/kota di wilayah ti-mur ini jumlah penduduknya hanya sekitar 50 ribuan saja, maka di Kabu-paten Teluk Bintuni mencapai 80 ribuan. Dilihat dari segi demografi, laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi tetapi dengan kepadatan penduduk yang terbilang rendah. Masih di kisaran angka 3 penduduk per satu kilometer persegi.

Dari segi agama, penduduk Muslim mencapai 49,35% alias ham-pir sebanyak 40 ribu orang. Ini tidak mengherankan, selain pendatang, ada juga penduduk asli, yang disebut orang asli Papua (OAP), yang sudah memeluk Islam sejak ratusan tahun lalu. Mereka tersebar di Distrik Aran-day, Kuri dan Weriagar. Muslim Aranday, Muslim Kuri dan Muslim Weriagar berasal dari suku asli Papua.
Oleh sebab itu, dengan pertim-bangan itu pula, mungkin Pimpinan menerima usulan agar di Kabupaten Teluk Bintuni ditempatkan seorang Mubalig. Meskipun faktanya secara empiris saat itu (2016) belum ada ana-lisa definitif mengingat belum ada satupun Mubalig yang pernah tembus ke Kabupaten Teluk Bintuni. Memang pernah ada yang ditempatkan di dae-rah Wasior, tetapi itu bukanlah Kabu-paten Teluk Bintuni melainkan di Ka-bupaten Teluk Wondama.
Menurut SK Mutasi Mubaligin Jemaat Ahmadiyah Indonesia tahun 2016 itu, ada pergerakan Mubalig di Papua (Barat).


Dua orang Mubalig pindah dari Papua Barat dan dua Mubalig masuk ke Papua Barat. Kedua-dua Mubalig tersebut adalah Mubalig Daerah dan Mubalig Lokal. Mubalig yang mutasi keluar Papua Barat adalah Mln. Ah-mad Hidayat Suparja, Mubalig Wila-yah dari Manokwari ke Bolaang Itang (Sulawesi Utara) dan Mln. Umar Falahuddin US, Mubalig Lokal dari Aimas Kabupaten Sorong ke Kurik, Merauke.
Sedangkan kedua Mubalig yang masuk adalah Mln. Basyiruddin Su-hartono, yang sebelumnya Mubalig di Kurik Merauke Papua, menjadi Mu-balig Wilayah di Papua Barat berkedudukan di Manokwari. Lalu, Mln. Basyiruddin Aziz, yang sebe-lumnya Mubalig Lokal di Banjaran ditempatkan di Kabupaten Teluk Bin-tuni, Papua Barat. Mungkin karena ada pertimbangan tertentu pada wak-tu itu, akhirnya tidak jadi ditempat-kan di Kabupaten Teluk Bintuni melainkan di Kota Sorong (Juni 2016-Desember 2020) sebelum akhirnya dirolling ke Wedoni di Kabupaten Manokwari Selatan, Desember 2020.

Sebagaimana diketahui, untuk di Kabupaten Teluk Bintuni hingga kini sudah ada beberapa anggota tersiar. Di antaranya seorang praktisi penanggu-langan penyakit malaria yang juga pu-tra Kristolog Jemaat Ahmadiyah Indo-nesia alm. Bpk. Ali Mukhayat M.S. Selain itu ada juga orang asli Papua bermarga Rafideso yang tinggal di Ta-hiti, Bintuni. Bahkan, di Windesi, Ka-bupaten Teluk Wondama juga tinggal anggota tersiar asal Buton.
Kedepannya, Kabupaten Teluk Bintuni akan digarap oleh JAI Manokwari Selatan dan juga ranting Kaimana. Apalagi, suku-suku di Ka-bupaten Teluk Bintuni masih berasal dari suku besar yang sama. Misalnya, suku Kuri dan Irarutu. Bila di Kabu-paten Kaimana ada marga Sirfefa (arti harfiyahnya: menempuh perjalanan jauh), maka di Kabupaten Teluk Bin-tuni ada marga Rafideso. Secara etnografis masih memiliki hubungan.
Oleh sebab itu, pengembangan Jemaat Manokwari Selatan adalah ke arah “bawah” yaitu ke Distrik Orans-bari, ibukota Ransiki dan juga Kabu-paten Teluk Bintuni.
Begitu juga Mubalig yang ditempat-kan di Kabupaten Kaimana, arah pengembangannya, selain ke Teluk Arguni, juga ke Kabupaten Teluk Bintuni terutama di Distrik Babo. Suatu saat, tiga Mubalig bisa berkum-pul bersama di Kabupaten Teluk Bin-tuni dalam program Tarbiyat, Rabtah dan Tablig.
Bulan Maret 2021 lalu, adalah momen bersejarah karena untuk per-tama kalinya ada Mubalig yang tem-bus ke Kabupaten Teluk Bintuni. Selain Mubalig Daerah, Mubalig Lo-kal JAI Manokwari Selatan Mln. Basyiruddin Aziz yang memang dulu SK penugasan pertamanya di Daerah Papua Barat adalah di Kabupaten Te-luk Bintuni (2016) juga bisa tembus kesini. Disebut bersejarah, karena bertepatan dengan Bulan Siratun Na-bi Muhammad saw dan Bulan Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as.

Dalam kunjungan kedua (Rabu-Jumat, 26-28 Mei 2021) ke Kabupaten Teluk Bintuni ini, Mubalig Daerah Papua Barat juga mengagendakan hal yang sama seperti dalam kunjungan pertama. Selain mapping wilayah, ju-ga menjalin jejaring rabtah dan tablig kepada kalangan tertentu. Untuk kali ini adalah lebih difokuskan pada masyarakat adat dan pejabat. Sebab, di Kabupaten Teluk Bintuni dikenal dengan istilah Tujuh Suku, yang dibuktikan dengan dibangunnya Tugu Tujuh Suku di komplek Kantor Bupati Teluk Bintuni sebagai pintu masuk ke Kabupaten Teluk Bintuni.
Yang dikatakan Tujuh Suku oleh orang Bintuni sebenarnya adalah tujuh kelompok sub suku besar yang mendi-ami teluk Bintuni antara lain sub suku Wamesa, Sebyar, Kuri, Irarutu, Mos-kona, Sumuri dan Sough. Tiga dari tujuh suku itu –yakni Kuri, Irarutu dan Sough– sebenarnya berasal dari luar Bintuni. Mereka menyebar hingga ke Bintuni. Kuri dan Irarutu, sebenar-nya asalnya dari Kabupaten Kaimana, sedangkan Sough dari Pegunungan Arfak (Pegaf) dan Manokwari Selatan.
Semoga dengan kunjungan kedua Mubalig Daerah Papua Barat ke Kabupaten Teluk Bintuni ini banyak berkat yang tercurah untuk kawasan ini.
Apalagi, bulan ini bertepatan dengan Bulan Khilafat dalam Jemaat Ah-madiyah. Semoga syiar Islam melalui Jemaat Ahmadiyah juga bisa berkem-bang di Kabupaten ini sehingga suku-suku asli Papua disini pun dapat mengambil berkat dari pakaian Hadhrat Masih Mau’ud as. Dan, para Mubalig itu sendiri ibaratnya pakaian (hulal atau vestimentum) dari Pendiri Jemaat Ahmadiyah. [Gus]

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Artikel lain