بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِِ

MENYALAKAN API CINTA DAN KASIH SAYANG

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemilik slogan Cinta dan kasih sayang kepada sesama, adalah milik komunitas Jemaat Muslim Ahmadiyah. Majelis Ansharullah yang merupakan representasi Jemaat tentu harus istiqomah merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ditulis oleh :

Oleh : Rd. Ruskandi Anggawiria


Slogan Love for All Hatred for None yang dicetuskan oleh Hadhrat Khalifatul Masih III r.a, bahkan dikutip oleh seorang Perdana Menteri di negeri yang mayoritas masyakaratnya, dikenal kerap mempersekusi para pengikut Jemaat Ahmadiyah sendiri, yakni Pakistan. Fakta bahwa dari negeri inilah ajaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s disebarkan ke seluruh dunia, sebelum markasnya pindah ke London, Inggris.
Fakta lain yang sama sulit dipungkiri, Jemaat Muslim Ahmadiyah bukan hanya mempopulerkan slogan itu semata, melainkan mengejawantahkannya dalam gerakan sosial kemanusiaan, buktinya kita memiliki anak organisasi yang bernama Humanity First. HF international sangat gencar mengorganisasikan gerakan kemanusiaan di seluruh dunia, diantaranya dalam penanggulangan bencana alam, dan bantuan-bantuan lain kepada masyarakat yang membutuhkan, tanpa melihat ras, agama atau tingkat sosial mereka.
Kondisi dunia beberapa bulan ini, dan mungkin akan kita alami hingga beberapa tahun ke depan, mengalami masa yang sangat sulit. Pandemi Covid 19 bukan saja menimpa negara-negara tertentu, bahkan negeri adidaya sendiri tak berdaya menghadapinya. Buktinya, Amerika Serikat sedang berjuang sekuat tenaga mengatasi massifnya penularan covid 19, dan tercatat sebagai negara paling tinggi tingkat penularannya. Kita sebagai sesama umat manusia tentu tidak boleh pasif menghadapi situasi global ini. Beberapa program yang disponsori oleh Humanity First telah dijalankan, namun apakah gerakan ini sudah dinilai cukup membantu anggota masyarakat sekitar, termasuk di tempat-tempat pusat kegiatan jemaat kita berada?
Dalam sebuah penelitian, seorang mahasiswi Pascasarjana memfokuskan objeknya pada slogan milik Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebagaimana kutipannya disertakan di bawah ini. Kesimpulan sang peneliti cukup melegakan bagi kita, bahwa slogan itu menjadi daya tangkal bagi Ahmadiyah, ketika menghadapi stigma buruk dari masyarakat mayoritas.

Kodrat manusia yang selalu berpihak kepada mereka yang termarginalkan, pemilik stigma buruk atau korban perundungan, barangkali nilai spiritualnya tidak sama dengan kondisi, jika kodrat itu diperkaya dengan sikap sebagaimana digambarkan dalam abstraksi peneliti tadi. Jika ada orang yang karena nakalnya mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh terhadapmu maka hendaklah kamu membalasnya dengan sikap rukun melalui cara yang baik, maka dengan jalan demikian musuh pun akan dapat menjadi kawan. Ringkasnya, penggunaan sikap mengabaikan dengan cara rukun hanya bagi jenis keburukan yang tidak mendatangkan kerugian dan hanya berupa ucapan-ucapan yang tidak berarti dari musuh.

Slogan Love for All Hatred for None juga sangat relevan dengan Al-Qur’an sebagaimana kutipan surah An-Nisa :

“Dan berbuat baiklah terhadap ibu-bapak, dan kaum-kerabat, dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin, dan tetangga yang sesanak-saudara dan tetangga yang bukan-kerabat, dan hadai-taulan, dan orang musafir, dan yang dimiliki oleh tangan kananmu. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang sombong dan pembual. Orang-orang yang bakhil dan menyuruh manusia lain supaya bakhil, dan menyembunyikan apa yang diberikan Allah kepada mereka daripada karunia-Nya.”(QS. An-Nisa, 4:37-38).
Berbuatlah kebajikan kepada makhluk Allah karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Orang-orang yang berbuat kebaikan hakiki akan diberi minum dari mangkuk minuman yang campurannya adalah kafur (sejenis kamper).

Yakni, kepedihan duniawi dan hasrat-hasrat serta keinginan keinginan yang kotor akan dijauhkan dari hati mereka. Kata kafur berasal dari kata kafara. Ada pun kata kafara dalam bahasa Arab mengandung arti menekan dan menutupi (Filsafat Ajaran Islam).
Singkatnya, slogan itu dideklarasikan tidaklah atas dasar pertibangan yang dangkal, melainkan berdasarkan pandangan jauh ke depan. Catatan bagi kita sebagai murid-murid Hz. Masih Mau’ud dan para Khalifahnya, adalah bagaimana menerapkan slogan yang sangat luhur itu dalam praktek kehidupan kita sehari-hari.
Tentu tidak mudah jika kita hanya menanamkannya dalam hati, namun tidak berupaya mengamalkannya. Karena amalan yang ideal adalah bukan sebatas pada pengetahuan, pemahaman dan pendalamannya, melainkan sampai kepada implementasinya dalam kehidupan kita, dalam hal ini ketika berinteraksi dengan sesama umat manusia. [SA-04]

Image by Freepik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Artikel lain